Jum'at, 13 November 2020
TEORI KOGNITIF DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Gambar 1. Cmap Theory Learning.
Sumber: http://141.26.69.231:8081/rid=1J4WFW3B5-188TSW6-9K2/Theories.cmap
A.
PENDAHULUAN
Secara
bahasa kognitif berasal dari bahasa latin “Cogitare”
artinya berpikir (Nasution, 2011). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kognitif berarti segala sesuatu yang berhubungan
kognisi atau berdasarkan pengetahuan faktual yang empiris. Dalam
perkembangannya, istilah kognitif ini menjadi popular sebagai salah satu
wilayah psikologi, baik psikologi perkembangan maupun psikologi pendidikan. Dalam
istilah pendidikan, kognitif didefinisikan sebagai salah satu teori diantara
teori-teori belajar yang memahami bahwa belajar merupakan pengorganisasian
aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman (Harmi, 2010). Dalam teori
kognitif, tingkah laku seseorang ditentukan oleh presepsi dan pemahaman tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan. Perubahan tingkah laku seseorang
dipengauhi oleh proses belajar dan berpikir internal yang terjadi selama proses
belajar (Suyono, 2011).
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Teori kognitif pada awalnya dikemukakan oleh Dewwy, dilanjutkan oleh Jean Piaget, Kohlberg, Damon, Mosher, Perry dan lain-lain, yang membicarakan tentang perkembangan kognitif dalam kaitannya dengan belajar (Sjarkawi, 2006). Dilanjutkan oleh Jerome Bruner, David Asubel, Chr. Von Ehrenfels Koffka, Kohler, Wertheimer dan sebagainya (Abdurrahman, 2003). Dalam praktik, teori ini terwujud dalam “tahap-tahap perkembangan” yang diusulkan oleh Jean Piaget, “belajar bermakna” oleh Ausubel, dan “belajar penemuan” (Discovery Learning) oleh Jerome Bruner, belajar pemahaman (insight) dan sebagainya.
B.
PEMBAHASAN
Metode
pembelajaran dibedakan dari pendekatan. Pendekatan lebih menekankan pada
strategi dalam perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik
pelaksanaannya (Rustaman, 2005). Pendekatan dan
metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi pelajaran sangat
menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Satu pendekatan yang direncanakan
untuk satu pembelajaran kemungkinan dalam pelaksanaan proses tersebut digunakan
beberapa metode. Sebagai salah satu contoh dalam pembelajaran pencemaran
lingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dapat dipilih
dari pendekatan yang sesuai yaitu pendekatan lingkungan. Pendekatan lingkungan
yaitu pendekatan yang mengaitkan lingkungan dalam proses belajar mengajar.
Untuk memahami materi pencemaran lingkungan yang kaitannya erat dengan
kehidupan sehari-hari maka digunakan pendekatan lingkungan (Yusuf, 2015). Dalam proses
pembelajaran pencemaran lingkungan dengan pendekatan lingkungan dapat digunakan
beberapa metode pembelajaran yaitu metode observasi, metode diskusi, dan metode
ceramah.
Metode
pembelajaran merupakan langkah efektif dari strategi pembelajaran untuk
mencapai tujuan belajar, kemudian untuk sumber belajar dalam menggunakan suatu
metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan.
Pemilihan ketepatan penggunaan metode pembelajaran akan menunjukkan keefisien
strategi dalam kegiatan pembelajaran (Yusuf, 2015). Terdapat beberapa
pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran biologi adalah pendekatan konsep,
pendekatan keterampilan proses, pendekatan lingkungan, pendekatan inkuiri,
pendekatan penemuan, pendekatan interaktif, pendekatan pemecahan masalah,
pendekatan sains teknologi masyarakat dan pendekatan terpadu. Untuk
merealisasikan suatu pendekatan dalam mencapai tujuan dapat digunakan beberapa
metode yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode
demonstrasi, metode ekspositori, metode karyawisata, metode penugasan, metode
eksperimen, metode belajar kooperatif dan metode bermain peran (Yusuf, 2015).
Jean
Piaget merupakan salah satu pioner yang menggunakan filsafat konstruktivis
dalam proses belajar. Piaget
mengatakan bahwa anak membangun sendiri skemanya dan membangun konsep-konsep
melalui pengalamannya. Teori Piaget mengasumsikan bahwa semua siswa tumbuh dan
melewati urutan perkembangan yang sama, akan tetapi pertumbuhan itu berlangsung
pada kecepatan yang berbeda-beda. Perkembangan kognitif menurut Piaget sebagian
besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannya. Antara teori Piaget dan konstruktivis terdapat persamaan yaitu
pada peran guru sebagai fasilitator, bukan sebagai pemberi informasi.
Jean
Piaget mengemukakan bahwa proses belajar akan terjadi apabila terdapat
aktivitas individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosial maupun lingkungan
fisiknya (Rasyidin & Nasution, 2011). Melalui
pertukaran ide ataupun gagasan dengan orang lain, individu yang tadinya
memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah
pandangannya menjadi obyektif. Piaget menyatakan bahwa, perkembangan kognitif
mempunyai peran yang sangat penting dalam proses belajar. Menurut Piaget,
berpikir dalam proses mental jauh lebih penting dari sekedar mengerti (Suyanto, 1990). Semakin
bertambah umur seseorang, maka semakin kompleks susunan sel syaraf dan semakin
meningkat pula kemampuan kognitifnya.
Menurut
Piaget, pengetahuan dibentuk oleh individu melalui interaksi secara terus
menerus dengan lingkungannya (Dimyati & Muljiono, 2006). Ada empat
tahap perkembangan kognitif menurut Piaget, yaitu:
1. Tahap
sensorimotor (usia 0-2 tahun), pada usia ini individu dalam memahami sesuatu
yang berada di luar dirinya melalui gerakan, suara, dan tindakan yang dapat
diamati dan dirasa oleh inderanya. Kemudian, sedikit demi sedikit individu
mengembangkan kemampuannya untuk membedakan dirinya dengan benda lainnya.
2. Tahap
pra-operasional (usia 2-7 tahun), pada usia ini individu mulai mempunyai
kecakapan motoric untuk melakukan sesuatu dari apa yang dilihat dan didengar,
tetapi belum mampu memahami secara mental terhadap apa yang dilakukannya.
3. Tahan
operasioanl konkret (usia 7-11 tahun), pada usia ini individu mulai berpikir
secara logis tentang kejadian yang bersifat konkret. Individu sudah dapat
membedakan benda yang sama dalam kondisi yang berbeda.
4. Tahap
operasional formal (11 tahun ke atas), pada usia ini individu mulai memasuki
dunia “kemungkinan” dari dunia yang sebenarnya. Individu dapat berpikir secara
abstrak, logis, dan idealis.
Kecepatan
perkembangan setiap individu melalui urutan dan setiap tahap tersebut berbeda
dan tidak ada individu yang melompati salah satu dari tahap tersebut. Setiap
tahap dapat ditandai dengan timbulnya kemampuan intelektual baru yang
memungkinkan orang memahami dunia dengan cara yang semakin komplek. Menurut
Piaget, ada tiga proses penyerapan yang mendasari perkembangan individu yaitu
asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah pemaduan informasi baru
dengan struktur kognitif yang ada. Akomodasi adalah penyesuaian struktur
kognitif yang sudah ada dengan situasi baru. Ekuilibrasi adalah penyesuaian
secara seimbang dan terus-menerus yang dilakukan asimilasi dan akomodasi (Trianto, 2007).
Proses
penyerapan asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi ini saling berkaitan, sebagai
contoh ketika seorang anak belum mengenal api, suatu ketika anak merasa
kesakitan karena terkena oleh api, maka berdasarkan pengalamnnya terbentuk
struktur penyesuaian skema pada struktur kognitif anak tentang api bahwa api
merupakan sesuatu yang dapat membahayakan. Oleh karena itu, harus dihindari ini
dinamakan dengan adaptasi. Dengan
demikian, ketika anak melihat api, secara refleks anak akan menghindar. Semakin
seorang anak dewasa, pengalaman anak tentang api bertambah. Ketika anak melihat
ibunya yang sedang memasak memakai api, maka yang telah terbentuk tadi
disempurnakan kembali, bahwa api bukan harus dihindari akan tetapi dapat
dimanfaatan. Proses penyesuaian skema tentang api yang dilakukan oleh anak
dinamakan asimilasi. Pengalaman itu
semakian bertambah ketika anak melihat pabrik memerlukan api, setiap kendaraan
memerlukan api, maka terbentuklah skema baru tentang api. Bahwa api bukan harus
dihindari dan juga bukan hanya sekedar dapat dimanfaatkan, akan tetapi api
sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia. Proses penyempurnaan tersebut
dinamakan proses akomodasi (Sanjaya, 2010).
Menurut
(Slavin, 1994) implikasi teori
kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Memusatkan
perhatian kepada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada
hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang
digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. Pengalaman belajar yang
sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan hanya jika
guru penuh perhatian terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada
kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi
memberikan pengalaman yang dimaksud.
2. Mengutamakan
peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan
belajar. Dalam kelas,
Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) tidak
mendapat tekanan, melainkan siswa didorong menemukan sendiri pengetahuan itu
melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3. Memaklumi
akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang
sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Oleh
karena itu harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang
terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa
daripada aktivitas dalam bentuk klasikal. Hal ini sesuai dengan pendekatan
konstruktivis dalam pembelajaran khas menerapkan pembelajaran kooperatif secara
ekstensif.
Inti
dari implikasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1. Memfokuskan
pada proses berpikir atau proses mental siswa tidak sekedar pada produknya.
Selain itu, kebenaran jawaban siswa harus dipahami guru sehingga proses yang
digunakan siswa sampai pada jawaban tersebut.
2. Pengenalan
dan pemahaman atas peran siswa yang penting dalam inisiatif diri dan
keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Jadi dalam kelas Piaget
penyajian materi ready made tidak
diberi penekanan dan siswa didorong untuk menemukan dirinya sendiri melalui
interaksi spontan dengan lingkungan. Itu sebabnya teori kognitif Piaget ini
tepat diterapkan pada mata pelajaran biologi.
3. Tidak
menekankan pada praktek yang diarahkan untuk menjadikan siswa seperti orang
dewasa dalam pemikirannya.
4. Penerimaan
terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh siswa berkembang melalui urutan perkembangan yang
sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
Implikasi
dalam pelejaran biologi teori kognitif dan teori pengetahuan Piaget sangat
banyak mempengaruhi bidang pendidikan, terlebih pendidikan kognitif. Tahap-tahap
pemikiran Piaget sudah cukup lama mempengaruhi bagaimana para pendidik menyusun
kurikulum, memilih metode pembelajaran, dan memilih bahan ajar yang tepat.
Maka, dari teori Piaget tersebut dapat diimplementasikan pada proses
pembelajaran biologi di sekolah.
Contoh
pembelajaran biologi berdasarkan teori Piaget. Pembelajaran berlandaskan teori
Piaget harus mempertimbangkan keadaan setiap siswa dan siswa diberikan banyak
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dari penggunaan inderanya. Berikut ini
contoh rancangan pembelajaran secara garis besar:
Konsep
yang diajarkan : Udara mempunyai
sifat sifat tertentu dan banyak kegunaan bagi
kehidupan
manusia.
Sub-Konsep : Udara yang
bergerak mempunyai tekanan yang lebih rendah
daripada
udara diam.
Model
yang dipakai : Eksperimen
Alat
dan bahan yang digunakan:
1. Dua
buah pingpong
2. Benang
3. Kayu
kira-kira ukuran 30 cm
Cara
kerja:
1. Ikatlah
kedua bola pingpong (tenis meja).
2. Ikatlah
kedua ujung benang secara berdekatan pada kayu yang telah disediakan.
3. Peganglah
salah satu ujung kayu dan tiuplah kuat-kuat persis di tengah-tengah antara
kedua bola pingpong yang tergantung.
4. Amati
apa yang terjadi.
Kegiatan
guru yang penting adalah memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka
lakukan. Apakah mereka sudah melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak
mendapatkan kesulitan? Dan guru harus berbuat apa yang Piaget perbuat yaitu
memberikan kesempatan siswa untuk menemukan sendiri jawabannya, sedangkan guru
harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Pada
akhir pembelajaran tentunya guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat
menemukan jawaban yang diinginkan.
Bagi guru biologi, teori Piaget jelas sangat relevan karena dengan menggunakan teori ini guru dapat mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir siswa di kelasnya. Dengan demikian, guru bisa memberikan perlakuan yang tepat untuk siswanya. Misalnya dalam memilih cara penyampaian materi bagi siswa, penyediaan alat-alat peraga, dan sebagainya. Sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa masing-masing. Guru perlu mencermati apakah nama latin atau ilmiah tumbuhan dan hewan yang digunakan siswa sudah tepat atau belum dengan mengingat tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
C.
PENUTUP
Metode
dibedakan dari pendekatan. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam
perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya.
Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi pelajaran
sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Beberapa
pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran biologi adalah pendekatan konsep,
pendekatan keterampilan proses, pendekatan lingkungan, pendekatan inkuiri,
pendekatan penemuan, pendekatan interaktif, pendekatan pemecahan masalah,
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat, dan pendekatan terpadu. Untuk merealisasikan
suatu pendekatan dalam mencapai tujuan dapat digunakan beberapa metode antara
lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi,
metode ekspositori, metode karyawisata, metode penugasan, metode eksperimen,
metode belajar kooperatif, dan metode bermain peran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati, & Muljiono. (2006). Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Harmi, H. (2010). Teori Belajar
dan Pembelajaran. Curup: LP2 STAIN.
Nasution, F. (2011). Psikologi
Umum: Buku Panduan untuk Fakultas Tarbiyah. Medan: IAIN SU Press.
Rasyidin, A., & Nasution, W. N.
(2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Perdana Publishing.
Rustaman, N. (2005). Strategi
Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Sanjaya, W. (2010). Strategi
Pembelajaran Berorietnasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media
Group.
Sjarkawi. (2006). Pembentukan
Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual dan Sosial sebagai Wujud Integritas
Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara.
Slavin. (1994). EducationalPsycology
Theory and Practise. Massachusetts: Allyn and Bacon Publishers.
Suyanto, A. (1990). Psikologi
Perkembangan. Jakarta: PT. Aksara Baru.
Suyono, H. (2011). Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Trianto. (2007). Model
Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.
Yusuf. (2015). Strategi
Pembelajaran Biologi. Mataram: Institut Agama Islam Negeri (IAIN).
Prodi : Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Dosen : Prof. Dr. Marsigit, M.A.
BalasHapusTerima kasih infonya kak. Sangat membantu😊👍
Informasi yang disampaikan sangat bermanfaat.
BalasHapus
BalasHapusMantap, lanjutkan
alhamdulillah..
HapusSangat bermanfaat sekali, terimakasih, lanjutkan kak..
BalasHapusTerima kasih informasinya rul
BalasHapusLanjutian kak, Terima kasih ilmunya..
BalasHapusalhamdulillah, iya sama-sama..
Hapus